Jumat, 27 Maret 2015

Faktor-Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Kehamilan Dan Persalinan

MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
Faktor-Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Kehamilan Dan Persalinan










KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2015


DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..............................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C.    Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Budaya.......................................................................................................3
B.     Aspek Sosial yang Mempengaruhi Kehamilan.........................................................4
C.    Aspek Sosial yang Mempengaruhi Persalinan.........................................................10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan...................................................................................................................15
B.     Saran ............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan kami kesehatan ,kesempatan,dan kemauan hingga kami dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas ini. Sholawat dan taslim tak lupa pula kami kirimkan pada junjungan Nabi besar Muhamad SAW. Nabi yang telah membawa kita kembali ke jalan Allah,hingga kita dapat menikmati indahnya Dinul Islam.
Kami mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah turut membantu hingga Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas ini dapat terselesaikan .Terlepas dari itu semua ,kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu segala kritik dan saran yang mendukung guna makalah ini menjadi baik,sangat kami harapkan.
Akhir kata,penulis mengucapkan terimah kasih dan mohon ma’af bila ada kata-kata kurang maupun berkelebihan dalam makalah ini karena kami menyadari bahwa kami tidak terlepas dari kesalahan.

Hormat kami,


Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan berbagai budaya ada, itulah sebabnya semboyan Negara kita adalah “Bhinneka Tunggal Ika”. Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai masa kehamilan, persalinan dan nifas.Mitos-mitos yang lahir di masyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi.Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kehamilan, masa persalinan dan nifas.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan serta untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin.Memahami perilaku perawatan kehamilan (Antenatal Care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.Faktanya, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, almiah, dan kodrati.Masih banyak ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.Resiko ini baru diketahui saat persalinan karena kasusnya sudah terlambat sehingga mengakibatkan kematian.Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi, kurangnya pengetahuan dan pentingnya perawatan kehamilan, serta permasalahan-permasalahan pada kehamilan. Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan sementara kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang, sehingga akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Jadi, tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas pada ibu hamil dan ibu bersalin?
2.      Bagaimana peran bidan dalam kondisi tersebut?



C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas pada ibu hamil dan ibu bersalin.
2.      Untuk memahami peran bidan bila ditemukan kondisi-kondisi tersebut.
3.      Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Budaya
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Aspek social budaya ini mencakup pada setiap trimester kehamilan dan persalinan yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat kesehatan.Perilaku yang dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Perilaku sakit (ilness behavior) adalah cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai, dan segala aturan (social law) dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya. Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas diantaranya :
a.       Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-temurun dalam pemberian makanan bayi.Contohnya di daerah Nusa Tenggara Barat ada tradisi pemberian nasi papah atau di Jawa dengan tradisi nasi pisang.
b.       Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk bagian dari aspek sosial budaya).
c.       Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun.

B.     Aspek Sosial Budaya Pada Kehamilan
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga kesehatan janin dan menjaga pertumbuhan. Memahami perawatan kehamilan adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Fakta berbagai kalangan masyarakat di Indonesia masih banyak ibu ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, hal alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memerikasakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.Masih banyaknya ibu ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini bari diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan  oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalhan permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah diusia muda yang masih banyak dijumpai didaerah pedesaan. Disamping itu dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku yang menyebabkan istri mengalami kehamilan berturut turut dalam jangka waktu yang relative pendek, menyebabkan ibu mengalami resiko tinggi fakta saat melahirkan.
Selain menimbulkan kebahagiaan bagi wanita dan pasangannya, kehamilan juga dapat menimbulkan kekhawatiran pada wanita pada trimester 1, 2 dan 3. Dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan diharapkan bidan memperhatikan kebutuhan dasar manusia dalam aspek bio-psiko-sosial-budaya dan spiritual. Tingkat kebutuhan tiap individu  berbeda-beda. Masa kehamilan dan persalinan pada manusia dideskripsikan oleh Bronislaw Malinawski (1927) sebagai fokus perhatian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat, religi dan moral atau kesusilaan berdasarkan tujuan untuk menciptakan keseimbangan fisik antara ibu dan bayi, serta terutama untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan. Kondisi tersebut dihadapkan pada kenyataan adanya trauma persalinan dalam masyarakat, yang mengakibatkan ansietas pada ibu hamil (Malinowski, 1927).
Pada dasarnya, masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan karena menganggap masa tersebut kritis karena dapat membahayakan bagi janin dan atau ibunya. Tingkat kekritisan ini dapat dipandang berbeda oleh setiap individu, dan direspon oleh masyarakat dengan berbagai strategi atau sikap, seperti upacara kehamilan, anjuran dan larangan secara tradisional. Di samping itu, masyarakat secara umum berperilaku mementingkan memelihara kesehatan kehamilan, sesuai pengetahuan kesehatan modern dan tradisional. Strategi-strategi tersebut dilakukan warga masyarakat agar dapat dicapai kondisi kehamilan dan persalinan ideal tanpa gangguan (Danandjaja,1980; Swasono, 1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3 macam faktor; antara lain :
a.       Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut.Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.

b.      Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi pada janin yang telah lahir nanti. Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.

c.       Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi.Ibu hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya. Ekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik, maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik.
Terlepas dari sudut pandang masyarakat  tentang masa kehamilan dan persalinan yang kritis, terdapat berbagai pandangan budaya (tuntutan budaya), serta faktor-faktor sosial lainnya dalam kepentingan reproduksi. Hal tersebut meliputi:
1.      Keinginan ideal perorangan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu.
2.      Mengatur waktu kelahiran.
3.      Sikap menerima tidaknya kehamilan.
4.      Kondisi hubungan suami istri.
5.      Kondisi ketersediaan sumber social.
6.      Pengalama perorangan mengatasi dan menghadapi komplikasi persalinan dan lain-lain.

Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan 2 dan pantangan pantangan terhadap beberapa makanan.Sementara kegiatan mereka sehari hari tidakk berkurang. Ditambah lagi dengan pantangan pantangan terhadap beberapa makanan yang sebetulnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negative terhadap kesehatan ibu dan janin.Tidak heraan kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama dipedessaan.Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan kehamilan, antara lain:
1.      Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi  hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni, procotan dan brokohan.
2.      Mengidam.
3.      Larangan masuk hutan, karena wanita hamil menurut kepercayaan baunya harum sehingga mahluk-mahluk halus dapat mengganggunya.
4.      Pantangan keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh jahat.
5.      Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
6.      Tidak boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.
7.      Tidak boleh makan pisang dempet, dikhawatirkan anak yang akan dilahirkan kembar dempet atau siam.
8.      Jangan membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah terbakar, karena anak yang dilahirkan bisa sumbing atau anggota badannya ada yang buntung.
9.      Jangan meletakan sisir di atas kepala, ditakutkan akan susah saat melahirkan.
10.  Dilarang menganyam bakul karena dapat berakibat jari-jari tangannya akan berdempet menjadi satu.
11.  Jangan membuat kulit ketupat pada masa hamil karena orang tua percaya bahwa daun kelapa untuk kulit ketupat harus dianyam tertutup rapat oleh wanita hamil, sehingga dikhawatirkan bayi yang lahir nanti kesindiran, tertutup jalan lahirnya.
12.  Tidak boleh membelah/memotong binatang, agar bayi yang lahir nanti tidak sumbing atau cacat fisik lainnya.
13.  Tidak boleh menutup pinggir perahu (galak haruk), memaku perahu, memaku rumah, membelah kayu api yang sudah terbakar ujungnya, memukul kepala ikan.
14.  Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
15.  Manggunakan jimat saat bepergian.
16.  Tidak boleh  makan makanan yang berbau amis.
17.  Tidak boleh mempersiapkan keperluan untuk bayi sebelum lahir.
18.  Ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik dari pada anggota keluarganya yang lain.
19.  Anak laki-laki diberi makan lebih dulu dari pada anak perempuan dan lain sebagainya.

Yang  menentukan kuantitas, kualitas, dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia jenis kelamin, dan situasi-situasi tertentu. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi atau kebiasaan, yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu. Dengan kata lain, ibu mempunyai peran sebagai gate-keeper keluarga.
Dalam setiap masyarakat ada mitos atau kepercayaan tertentu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya dan adat istiadat tertentu, seperti mitos “mitoni” :
1.      Di Jawa tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit
2.      Daerah Jawa barat ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makanannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3.      Dimasyarakat betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
4.      Di daerah Subang pantang makan dengan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga mempersulit persalinan. Dan memang selain ibunya kurang gizi berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.Selain itu larangan untuk memakan buah buahan seperti pisang, nanas, ketimun dll bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat didaerah pedesaan.
5.      Di daerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan dirumah .Data survey kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak.Bebrapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek praktek  persalinan oleh dukun yang membahayakan si ibu.Penelitian iskandar dkk menunjukkan beberapa tindakan dan praktek  yang membawa resiko infeksi seperto “ngolesi”(membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), “kodok” ( memasukkan tangan ke vagina dan uterus untuk mengeluarkan placenta) atau “nyanda” ( setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan kedepan selama bejam jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).

Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya murah, mengerti dan dapat memabantu upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta membawa ibu dan bayi sampai 40 hari.Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih namun praktek praktek tradisional tertentu masih dilakukan.Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan , infeksi, eksklamsia(keracunan kehamilan). Kondisi kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan professional  dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada factor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umunya terutama didaerah pedesaan keputusan terhadap perawatan medis apa yang dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua atau keputusan berada ditangan suami yang seringkali panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak jarang pula nasehat nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil.
Keadaan ini sering kali pula diperberat oleh factor geografis dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi atau oleh factor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu kerumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari  faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,faktor giografis dan kendala ekonomi,keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan. Selain pada masa hamil,pantangan-pantangan atau anjuran masih berlaku juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya,ada makanan  tertentu yang sebaiknya di konsumsi untuk memperbanyak produksi  ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional ,ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh.
Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama hamil, antara lain yaitu:
1.      KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi makanan bergizi, batasi aktifitas fisik, tidak perlu pantang makan.
2.      KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang tidak benar ditinggalkan.
3.      Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
4.      Bekerjasama dengan dukun setempat.
5.      KIE tentang tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.
6.      KIE tentang hygiene personal dan hygiene persalinan.
B. Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia. Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu
1.      Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi
2.      Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan.
3.      Faktor lain yang juga harus diperhatikan: riwayat kesehatan ibu, apakah pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya; gizi ibu selama hamil, apakah mencukupi atau tidak; dan lingkungan sekitar, apakah men-support atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak bisa kerja.

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti :
·         "ngolesi" (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan)
·         "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta)
·         "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).

Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.
Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya:
1.      Mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula, memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh
2.      Minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas.
Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Soalnya, rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal.Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
3.      Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar. Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.
4.      Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan. Akan halnya telur tak masalah, karena mengandung protein yang juga menambah kalori.
5.      Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan. Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran. Duren mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape. Pun untuk masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga, karena bisa mengakibatkan keguguran. Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan. Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu dapat ditangani segera.

Berikut ini beberapa contoh perilaku sosial budaya lainnya selama persalinan yang ada di masyarakat, antara lain:
1)      Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik.
2)      Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
3)      Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
4)      Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
5)      Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
6)      Minum air rendaman akar rumput fatimah dapat memperlancar persalinan.
7)      Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
8)      Makan duren, tape dan nanas bisa membahayakan persalinan.
9)      Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.

Pantangan atau anjuran yang  berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya:
1)      Ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI
2)      Ada makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi.

Secara tradisional ada praktik-praktik yang dilakukan dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan ibu. Misalnya;
1)      Mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula.
2)      Memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam vagina dengan  maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan.
3)      Memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al, 1996).

Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan
1)      Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pascapersalinan.
2)      Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan.
3)      Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat.

Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:
1)      Dikenal secara dekat.
2)      Biaya murah.
3)      Mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak.
4)      Dapat merawat ibu dan bayi sampai 40 hari di samping akibat keterbatsan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.

Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis, penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah pendarahan, infeksi dan ekslamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dan proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang  baik tetapi, juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umumnya, di daerah pedesaan, keputusan perawatan medis yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua atau keputusan ada di tangan suami yang sering kali menjadi panic melihat keadaan kritis yang terjadi. Kepanikan dan ketidak tahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan secara cepat. Tidak jarang pula nasihat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil.
Selain itu, sering kali kondisi tersebut diperberat oleh faktor geografis, karena jarak rumah ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau kendala ekonomi dan adanya tanggapan bahwa membawa ibu ke rumah sakit akan membutuhkan biaya yang mahal. Selain faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan faktor ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tidak dapat dihindari. Selain pada masa hamil, pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat kesehatan yang meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Ada beberapa perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, baik yang tidak memiliki pengaruh maupun yang berpengaruh bagi ibu yang sedang hamil ataupun bersalin. Peran seorang bidan atau tenaga kesehatan disini sangatlah penting untuk bisa meluruskan mana kebiasaan yang sebaiknya perlu diubah dan mana yang masih bisa diperbolehkan untuk dilakukan.

B.     Saran
a.       Bagi ibu hamil dan bersalin, sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau tenaga kesehatan sebelum melakukan adat/budaya masyarakat yang dirasa tidak sesuai atau agak membahayakan bagi kondisinya.
b.      Budaya yang ada harus dilihat apakah baik atau tidak untuk kesehatan ibu hamil dan bersalin. Jika kita lihat dari akal berdasarkan ilmu yang kita dapat budaya tersebut tidak baik, maka tidak boleh diikuti lagi.



DAFTAR PUSTAKA

Meilani Niken, Setiyawati Nanik dkk. 2009. Kebidnan Komunitas, Yoygakarta: Fitramaya
Retna, Ery dan Sriati. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Numed : Jakarta
Retna, Ery dan Sriati. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Numed : Jakarta
Syahlan, JH. 1996. Kebidanan Komunitas Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan. Jakarta
http://www.scribd.com/doc/2954715/asuhankebidanankomunitas/faktorsosialbudaya/html