MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
Faktor-Faktor
Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Kehamilan Dan Persalinan
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2015
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..............................................................................................................1
B.
Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C.
Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Budaya.......................................................................................................3
B.
Aspek Sosial yang
Mempengaruhi Kehamilan.........................................................4
C.
Aspek Sosial
yang Mempengaruhi Persalinan.........................................................10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan...................................................................................................................15
B.
Saran ............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami
panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan kami kesehatan
,kesempatan,dan kemauan hingga kami dapat menyelesaikan Makalah Asuhan
Kebidanan Komunitas
ini. Sholawat dan taslim tak lupa pula kami kirimkan pada junjungan Nabi besar
Muhamad SAW. Nabi yang telah membawa kita kembali ke jalan Allah,hingga kita
dapat menikmati indahnya Dinul Islam.
Kami mengucapkan banyak terima kasih
pada semua pihak yang telah turut membantu hingga Makalah Asuhan
Kebidanan Komunitas
ini dapat terselesaikan .Terlepas dari itu semua ,kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu segala kritik dan saran
yang mendukung guna makalah ini menjadi baik,sangat kami harapkan.
Akhir kata,penulis mengucapkan terimah kasih dan mohon ma’af bila ada kata-kata kurang maupun berkelebihan dalam makalah ini karena kami menyadari bahwa kami tidak terlepas dari kesalahan.
Akhir kata,penulis mengucapkan terimah kasih dan mohon ma’af bila ada kata-kata kurang maupun berkelebihan dalam makalah ini karena kami menyadari bahwa kami tidak terlepas dari kesalahan.
Hormat
kami,
Penulis
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan Negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan berbagai budaya
ada, itulah sebabnya semboyan Negara kita adalah “Bhinneka Tunggal Ika”.
Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai masa kehamilan,
persalinan dan nifas.Mitos-mitos yang lahir di masyarakat ini kebenarannya
kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi.Hal ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kehamilan, masa persalinan
dan nifas.
Perawatan
kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan serta untuk menjaga
pertumbuhan dan kesehatan janin.Memahami perilaku perawatan kehamilan
(Antenatal Care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si
ibu sendiri.Faktanya, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai
hal yang biasa, almiah, dan kodrati.Masih banyak ibu-ibu yang kurang menyadari
pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor
resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.Resiko ini baru diketahui saat
persalinan karena kasusnya sudah terlambat sehingga mengakibatkan kematian.Hal
ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi,
kurangnya pengetahuan dan pentingnya perawatan kehamilan, serta
permasalahan-permasalahan pada kehamilan. Permasalahan lain yang cukup besar
pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena
adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa
makanan sementara kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang, sehingga akan
berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Jadi, tidak heran kalau
anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah
pedesaan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa saja perilaku sosial budaya yang
berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas pada ibu hamil dan ibu bersalin?
2. Bagaimana peran bidan dalam kondisi
tersebut?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui perilaku sosial
budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas pada ibu hamil dan
ibu bersalin.
2. Untuk memahami peran bidan bila
ditemukan kondisi-kondisi tersebut.
3.
Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas.
BAB II
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Budaya
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas.Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah
yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat. Aspek social budaya ini mencakup pada setiap trimester
kehamilan dan persalinan yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya
dalam menanggapi hal ini.
Perilaku
kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat kesehatan.Perilaku
yang dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang
dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka
kematian. Perilaku sakit (ilness behavior) adalah cara seseorang bereaksi
terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas,
kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai, dan segala aturan (social
law) dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya. Beberapa perilaku
dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas
diantaranya :
a. Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan
secara turun-temurun dalam pemberian makanan bayi.Contohnya di daerah Nusa
Tenggara Barat ada tradisi pemberian nasi papah atau di Jawa dengan tradisi nasi
pisang.
b. Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap
kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok
(yang juga termasuk bagian dari aspek sosial budaya).
c. Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial
budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit tidak perlu pelayanan
kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau mendatangi
dukun.
B.
Aspek
Sosial Budaya Pada Kehamilan
Perawatan
kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu
juga untuk menjaga kesehatan janin dan menjaga pertumbuhan. Memahami perawatan
kehamilan adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Fakta berbagai kalangan masyarakat di
Indonesia masih banyak ibu ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang
biasa, hal alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memerikasakan dirinya
secara rutin ke bidan ataupun dokter.Masih
banyaknya ibu ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin
dialami oleh mereka. Resiko ini bari diketahui pada saat persalinan yang sering
kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari
kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalhan
permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah
diusia muda yang masih banyak dijumpai didaerah pedesaan. Disamping itu dengan
masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa
suku yang menyebabkan istri mengalami kehamilan berturut turut dalam jangka waktu
yang relative pendek, menyebabkan ibu mengalami resiko tinggi fakta saat
melahirkan.
Selain menimbulkan kebahagiaan bagi wanita dan pasangannya,
kehamilan juga dapat menimbulkan kekhawatiran pada wanita pada trimester 1, 2
dan 3. Dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan diharapkan bidan
memperhatikan kebutuhan dasar manusia dalam aspek bio-psiko-sosial-budaya dan
spiritual. Tingkat kebutuhan tiap individu
berbeda-beda. Masa kehamilan dan persalinan pada manusia dideskripsikan
oleh Bronislaw Malinawski (1927) sebagai fokus perhatian yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara
adat, religi dan moral atau kesusilaan berdasarkan tujuan untuk menciptakan
keseimbangan fisik antara ibu dan bayi, serta terutama untuk mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan. Kondisi tersebut dihadapkan pada kenyataan
adanya trauma persalinan dalam masyarakat, yang mengakibatkan ansietas pada ibu
hamil (Malinowski, 1927).
Pada dasarnya, masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan
persalinan karena menganggap masa tersebut kritis karena dapat membahayakan
bagi janin dan atau ibunya. Tingkat kekritisan ini dapat dipandang berbeda oleh
setiap individu, dan direspon oleh masyarakat dengan berbagai strategi atau
sikap, seperti upacara kehamilan, anjuran dan larangan secara tradisional. Di
samping itu, masyarakat secara umum berperilaku mementingkan memelihara
kesehatan kehamilan, sesuai pengetahuan kesehatan modern dan tradisional.
Strategi-strategi tersebut dilakukan warga masyarakat agar dapat dicapai
kondisi kehamilan dan persalinan ideal tanpa gangguan (Danandjaja,1980;
Swasono, 1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kehamilan terdiri dari 3 macam faktor; antara lain :
a. Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil
dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut.Status kesehatan
ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan
kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
b. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi
kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu hamil dalam kesehatan ibu dan
janinnya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi pada
janin yang telah lahir nanti. Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi
kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu
menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan
mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih
percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan
masa nifasnya.
c. Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan
dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Gaya
hidup yang sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat
berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus
diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan
yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap
dikonsumsi.Ibu hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya. Ekonomi juga
merupakan faktor yang mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan
janin. Dengan adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara
rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan
lainnya dengan baik, maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan
baik.
Terlepas
dari sudut pandang masyarakat tentang
masa kehamilan dan persalinan yang kritis, terdapat berbagai pandangan budaya
(tuntutan budaya), serta faktor-faktor sosial lainnya dalam kepentingan
reproduksi. Hal tersebut meliputi:
1. Keinginan ideal perorangan untuk
memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu.
2. Mengatur waktu kelahiran.
3. Sikap menerima tidaknya kehamilan.
4. Kondisi hubungan suami istri.
5. Kondisi ketersediaan sumber social.
6. Pengalama perorangan mengatasi dan
menghadapi komplikasi persalinan dan lain-lain.
Permasalahan
lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.Hal ini disebabkan karena adanya
kepercayaan 2 dan pantangan pantangan terhadap beberapa makanan.Sementara
kegiatan mereka sehari hari tidakk berkurang. Ditambah lagi dengan pantangan
pantangan terhadap beberapa makanan yang sebetulnya sangat dibutuhkan oleh
wanita hamil tentunya akan berdampak negative terhadap kesehatan ibu dan janin.Tidak heraan kalau anemia dan kurang gizi
pada wanita hamil cukup tinggi terutama dipedessaan.Dikatakan pula bahwa
penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena
kurangnya gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yang
berkaitan dengan kehamilan, antara lain:
1. Upacara-upacara yang dilakukan untuk
mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara
mitoni, procotan dan brokohan.
2. Mengidam.
3. Larangan masuk hutan, karena wanita
hamil menurut kepercayaan baunya harum sehingga mahluk-mahluk halus dapat
mengganggunya.
4. Pantangan keluar waktu maghrib
dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh jahat.
5. Pantangan menjalin rambut karena
bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
6. Tidak boleh duduk di depan pintu,
dikhawatirkan akan susah melahirkan.
7. Tidak boleh makan pisang dempet,
dikhawatirkan anak yang akan dilahirkan kembar dempet atau siam.
8. Jangan membelah puntung atau kayu
api yang ujungnya sudah terbakar, karena anak yang dilahirkan bisa sumbing atau
anggota badannya ada yang buntung.
9. Jangan meletakan sisir di atas
kepala, ditakutkan akan susah saat melahirkan.
10. Dilarang menganyam bakul karena
dapat berakibat jari-jari tangannya akan berdempet menjadi satu.
11. Jangan membuat kulit ketupat pada
masa hamil karena orang tua percaya bahwa daun kelapa untuk kulit ketupat harus
dianyam tertutup rapat oleh wanita hamil, sehingga dikhawatirkan bayi yang
lahir nanti kesindiran, tertutup jalan lahirnya.
12. Tidak boleh membelah/memotong binatang,
agar bayi yang lahir nanti tidak sumbing atau cacat fisik lainnya.
13. Tidak boleh menutup pinggir perahu
(galak haruk), memaku perahu, memaku rumah, membelah kayu api yang sudah
terbakar ujungnya, memukul kepala ikan.
14. Pantangan nazar karena bisa menyebabkan
air liur menetes terus.
15. Manggunakan jimat saat bepergian.
16. Tidak boleh makan makanan yang berbau amis.
17. Tidak boleh mempersiapkan keperluan
untuk bayi sebelum lahir.
18. Ayah yang bekerja sebagai pencari
nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih
baik dari pada anggota keluarganya yang lain.
19. Anak laki-laki diberi makan lebih
dulu dari pada anak perempuan dan lain sebagainya.
Yang menentukan kuantitas, kualitas, dan
jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh
anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia jenis
kelamin, dan situasi-situasi tertentu. Walaupun pola makan ini sudah menjadi
tradisi atau kebiasaan, yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan
mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu. Dengan kata lain, ibu
mempunyai peran sebagai gate-keeper
keluarga.
Dalam setiap masyarakat ada mitos atau kepercayaan tertentu
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya dan adat istiadat
tertentu, seperti mitos “mitoni” :
1. Di
Jawa tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit
2. Daerah
Jawa barat ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
makanannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3. Dimasyarakat
betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena
dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
4. Di
daerah Subang pantang makan dengan piring yang besar karena khawatir bayinya
akan besar sehingga mempersulit persalinan. Dan
memang selain ibunya kurang gizi berat badan bayi yang dilahirkan juga
rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si
bayi.Selain itu larangan untuk memakan buah buahan seperti pisang, nanas,
ketimun dll bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan
masyarakat terutama masyarakat didaerah pedesaan.
5. Di
daerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan dirumah .Data survey kesehatan
Rumah Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun
beranak.Bebrapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih
terdapat praktek praktek persalinan oleh dukun yang membahayakan si
ibu.Penelitian iskandar dkk menunjukkan beberapa tindakan dan praktek
yang membawa resiko infeksi seperto “ngolesi”(membasahi vagina dengan minyak
kelapa untuk memperlancar persalinan), “kodok” ( memasukkan tangan ke vagina
dan uterus untuk mengeluarkan placenta) atau “nyanda” ( setelah persalinan, ibu
duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan kedepan selama bejam jam yang
dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun
beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa
alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya murah, mengerti dan dapat
memabantu upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta membawa ibu
dan bayi sampai 40 hari.Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan
pelayanan kesehatan yang ada.Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih
namun praktek praktek tradisional tertentu masih dilakukan.Interaksi antara
kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat
menentukan persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.Secara medis penyebab
klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan , infeksi,
eksklamsia(keracunan kehamilan). Kondisi kondisi tersebut bila tidak ditangani
secara tepat dan professional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses
persalinan. Namun kefatalan ini sering
terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena
ada factor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umunya terutama
didaerah pedesaan keputusan terhadap perawatan medis apa yang dipilih harus
dengan persetujuan kerabat yang lebih tua atau keputusan berada ditangan suami
yang seringkali panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan
ketidaktahuan akan gejala gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat
tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.
Tidak jarang pula nasehat nasehat yang diberikan oleh teman atau
tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil.
Keadaan ini
sering kali pula diperberat oleh factor geografis dimana jarak rumah si ibu
dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi
atau oleh factor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu
kerumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor
keterlambatan dalam pengambilan keputusan,faktor giografis dan kendala
ekonomi,keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu
keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi
merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan. Selain pada masa
hamil,pantangan-pantangan atau anjuran masih berlaku juga pada masa pasca persalinan.
Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan
kondisi fisik misalnya,ada makanan tertentu yang sebaiknya di konsumsi
untuk memperbanyak produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang
karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional ,ada
praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi
fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk
mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti
daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan
yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh.
Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama hamil,
antara lain yaitu:
1. KIE tentang menjaga kehamilan yaitu
dengan ANC teratur, konsumsi makanan bergizi, batasi aktifitas fisik, tidak
perlu pantang makan.
2. KIE tentang segala sesuatu sudah
diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang tidak benar ditinggalkan.
3. Pendekatan kepada tokoh masyarakat
untuk mengubah tradisi yang negatif atau berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
4. Bekerjasama dengan dukun setempat.
5. KIE tentang tempat persalinan,
proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.
6. KIE tentang hygiene personal dan hygiene
persalinan.
B. Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia.
Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa
ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu
masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun
kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor
sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Kelancaran
persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu
1. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang
dengan besar bayi
2. Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam
melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar
hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit
yang terjadi selama persalinan.
3. Faktor lain yang juga harus diperhatikan: riwayat kesehatan ibu, apakah
pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya; gizi ibu selama
hamil, apakah mencukupi atau tidak; dan lingkungan sekitar, apakah men-support
atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas
karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang
cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit konsentrasi dalam
belajar, kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak bisa kerja.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali
membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan salah satu selera
manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap
daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak
yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap
beberapa makanan tertentu.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak
untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian
yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek
persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk
(1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi
seperti :
·
"ngolesi"
(membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan)
·
"kodok"
(memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta)
·
"nyanda"
(setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke
depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya
disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya
murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan
kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga
masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun
sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional
tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan
kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian
atau bertahan hidup.
Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan
kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk
memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena
dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada
praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi
fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya:
1. Mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan
rahim ke posisi semula, memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam
vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena
proses persalinan atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh
2. Minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang
mulas.
Memang, rumput
Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya belum diteliti
secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya.
Soalnya, rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5
cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis,
dan posisi ubun-ubun kecilnya normal.Jika letak ari-arinya di bawah atau
bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih
jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput
ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau
tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
3. Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan,
akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar.
Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi
disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke
dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi,
bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang
membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah
mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.
4. Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang
konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak
ada gunanya sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara
psikologis, ibu hamil meyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat
memperlancar persalinannya. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk
persalinan. Madu tidak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya
cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight.
Bukankah madu termasuk karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu
boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang
ditentukan, sebaiknya segera hentikan. Akan halnya telur tak masalah, karena
mengandung protein yang juga menambah kalori.
5.
Makan duren,
tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan. Ini benar karena bisa
mengakibatkan perndarahan atau keguguran. Duren mengandung alkohol, jadi panas
ke tubuh. Begitu juga tape. Pun untuk masakan yang menggunakan arak, sebaiknya
dihindari. Buah nanas juga, karena bisa mengakibatkan keguguran. Makan daun
kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan. Yang membuat
lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua
kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa
berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami
kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu
dapat ditangani segera.
Berikut ini beberapa contoh perilaku sosial budaya lainnya selama persalinan yang ada di
masyarakat, antara lain:
1) Bayi laki-laki adalah penerus
keluarga yang akan menjaga nama baik.
2) Bayi perempuan adalah pelanjut atau
penghasil keturunan.
3) Memasukkan minyak ke dalam vagina
supaya persalinan lancar.
4) Melahirkan di tempat terpencil hanya
dengan dukun.
5) Minum minyak kelapa memudahkan
persalinan.
6) Minum air rendaman akar rumput
fatimah dapat memperlancar persalinan.
7) Minum madu dan telur dapat menambah
tenaga untuk persalinan.
8) Makan duren, tape dan nanas bisa
membahayakan persalinan.
9)
Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga
mempersulit persalinan.
Pantangan
atau anjuran yang berkaitan dengan proses
pemulihan kondisi fisik misalnya:
1) Ada makanan tertentu yang sebaiknya
dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI
2) Ada makanan tertentu yang dilarang
karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi.
Secara tradisional ada
praktik-praktik yang dilakukan dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik
dan kesehatan ibu. Misalnya;
1) Mengurut perut yang bertujuan untuk
mengembalikan rahim ke posisi semula.
2) Memasukkan ramuan-ramuan seperti
daun-daunan ke dalam vagina dengan
maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses
persalinan.
3) Memberi jamu tertentu untuk memperkuat
tubuh (Iskandar et al, 1996).
Peran bidan di komunitas terhadap
perilaku selama persalinan
1) Memberikan pendidikan pada penolong
persalinan mengenai tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan
pascapersalinan.
2) Memberikan pendidikan mengenai
konsep kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan.
3) Bekerja sama dengan penolong
persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat.
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong
persalinan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:
1) Dikenal secara dekat.
2) Biaya murah.
3) Mengerti dan dapat membantu dalam
upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak.
4)
Dapat merawat ibu dan bayi sampai 40 hari di samping akibat keterbatsan
jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Interaksi antara kondisi kesehatan
ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil
persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis, penyebab klasik
kematian ibu akibat melahirkan adalah pendarahan, infeksi dan ekslamsia
(keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara
tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dan proses persalinan.
Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang
kurang baik tetapi, juga karena ada
faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umumnya, di daerah
pedesaan, keputusan perawatan medis yang akan dipilih harus dengan persetujuan
kerabat yang lebih tua atau keputusan ada di tangan suami yang sering kali
menjadi panic melihat keadaan kritis yang terjadi. Kepanikan dan ketidak tahuan
akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang
seharusnya dilakukan secara cepat. Tidak jarang pula nasihat yang diberikan
oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil.
Selain itu, sering kali kondisi
tersebut diperberat oleh faktor geografis, karena jarak rumah ibu dengan tempat
pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau kendala
ekonomi dan adanya tanggapan bahwa membawa ibu ke rumah sakit akan membutuhkan
biaya yang mahal. Selain faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,
faktor geografis dan faktor ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan
disebabkan juga sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi
merupakan takdir yang tidak dapat dihindari. Selain pada masa hamil, pantangan
atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Perilaku kesehatan merupakan salah
satu factor perantara pada derajat kesehatan yang meliputi semua perilaku
seseorang atau masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
angka kesakitan dan angka kematian. Ada beberapa perilaku sosial budaya
masyarakat yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, baik yang tidak
memiliki pengaruh maupun yang berpengaruh bagi ibu yang sedang hamil ataupun
bersalin. Peran seorang bidan atau tenaga kesehatan disini sangatlah
penting untuk bisa meluruskan mana kebiasaan yang sebaiknya perlu diubah dan
mana yang masih bisa diperbolehkan untuk dilakukan.
B.
Saran
a. Bagi ibu hamil dan bersalin, sebaiknya
berkonsultasi ke bidan atau tenaga kesehatan sebelum melakukan adat/budaya
masyarakat yang dirasa tidak sesuai atau agak membahayakan bagi kondisinya.
b. Budaya yang ada harus dilihat apakah
baik atau tidak untuk kesehatan ibu hamil dan bersalin. Jika kita lihat dari
akal berdasarkan ilmu yang kita dapat budaya tersebut tidak baik, maka tidak
boleh diikuti lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Meilani Niken, Setiyawati Nanik dkk. 2009. Kebidnan Komunitas, Yoygakarta:
Fitramaya
Syahlan, JH. 1996. Kebidanan Komunitas Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan. Jakarta
http://www.scribd.com/doc/2954715/asuhankebidanankomunitas/faktorsosialbudaya/html